materi ini di ambil dari dakwatuna.comdan dijadikan materi untuk acara MABIT Komisariat SEPMI YPI Sukawening Kabupaten Garut. Semoga Bermanfaat!
Surat al-Mudatsir diturunkan Allah di Makkah, setelah
surat al-Muzammil sebagaimana urutannya dalam al-mushaf al-utsmâny [1]. Surat ini secara umum memiliki isi yang
serupa dengan surat sebelumnya. Yaitu tentang perintah langsung Allah kepada
Nabi Muhammad saw untuk menyerukan dakwahnya. Menyampaikan dakwah kepada kaum
beliau. Selain itu, juga membicarakan tentang kondisi neraka dan orang-orang
musyrik yang mengingkari dakwah Rasulullah saw [2].
Jika dalam surat al-Muzammil Allah
lebih menitikberatkan pada persiapan mental dan bekal seorang dai atau nabi
yang akan mengemban risalah dakwah-Nya, maka dalam surat ini Allah
memberitahukan langkah praktis yang mesti diambil seorang pengemban risalah.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلۡمُدَّثِّرُ ١
قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢
“Hai orang yang berselimut.
Bangunlah, lalu berilah peringatan!”(QS.74:
1-2)
Ini adalah sebuah seruan langsung.
Untuk menanggalkan kemalasan dan melawat tabiat serta sesuatu yang disukai oleh
manusia, yaitu bersantai-santai, tidur atau menjahui resiko dan bekerja keras. “Bangunlah.
Lakukan sesuatu yang berarti. Peringatkan kaummu selagi masih ada kesempatan.” Kira-kira
seperti itulah pesan Allah pada kekasih-Nya.
Inilah saatnya segera bangkit.
Menyampaikan risalah Allah, karena yang memerintahkannya adalah Zat yang
kekuasaan-Nya tanpa batas dan sudah memiliki semua jaminan.
Pertama,
وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣
“Dan Tuhanmu agungkanlah!” (QS.74:3)
Seorang penyampai risalah, baik dia
seorang dai atau nabi sekalipun, dia harus mengagungkan Allah yang mengutusnya.
Jika ia memahami hal ini dan benar- benar ia jiwai maka segala bentuk
kemegahan, kebesaran dan kemewahan dunia akan kecil di matanya. Ia takkan tergiur
oleh gemerlapnya dunia. Juga tidak akan silau dengan tipu kekuasaan dunia.
Tidak pula takut oleh segala bentuk ancaman yang datang dari selain Allah.
Siapapun dia, raja atau penguasa dari belahan dunia manapun. Kekuasaan dan
kesombongannya tak akan ada yang bisa mengalahkan Yang Maha Perkasa dan Agung.
Dan kelak Allah akan menghukum hamba-hamba-Nya yang berani menyombongkan diri.
Sehingga tak akan ada kebesaran yang tersisa di dunia ini selain kebesaran dan
keagungan-Nya [3].
Kedua,
وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرۡ ٤
“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS.74: 4)
Setelah itu, ia perlu memperhatikan
penampilan fisiknya, bersih dan menarik. Karena ini merupakan salah satu
strategi marketing, dengan performance yang meyakinkan setidaknya
kesan pertama akan dikenali oleh masyarakat saat berhadapan dengan kita. Karena
itulah risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw selalu sarat dengan kebersihan.
Makin dalam dan matang keimanan seseorang maka ia akan semakin memelihara
kebersihan. Pakaian yang suci menjadi syarat sahnya shalat.
Ketiga
وَٱلرُّجۡزَ
فَٱهۡجُرۡ ٥
, “Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah”. (QS.74: 5)
Setelah ia memelihara kebersihan
fisik, maka ia menyempurnakannya dengan kebersihan batin. Yaitu dengan menjauhi
serta meninggalkan segala macam bentuk dosa. Ini adalah bentuk penaggalan
hal-hal yang negatif dari dalam diri seorang dai. Dosa dan maksiat akan
mengakibatkan hati seseorang terkotori sehingga kata-katanya juga tak akan lagi
memiliki kekuatan. Penafsiran ini senada dengan apa yang dikatakan Ikrimah dan
Ibrahim an-Nakha’iy [4]. Dan idealnya memang penampilan fisik yang
bagus dibarengi dengan kebersihan hati dan kejernihan jiwa. Hal tersebut akan
mengundang pesona dan kharisma yang sangat kuat.
Keempat,
وَلَا
تَمۡنُن تَسۡتَكۡثِرُ ٦
“Dan Jangan kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak”. (QS.74: 6)
Keikhlasan merupakan penyempurnaan
hati yang sudah dijauhkan dari dosa dan maksiat. Akhlak ini juga akan membuat
seorang dai kuat dan tangguh. Kerja tanpa pamrih, dan kemurnian dakwah pun
terjaga dengan jernihnya hati pelakunya. Larangan ini bertujuan agar para dai
penerus dakwah para nabi terus berbuat dan berbuat, lebih gigih berusaha
dan ringan berkorban serta mudah melupakannya setelah itu[5]. Juga tak terlalu menganggap dirinya sudah
berbuat banyak sehingga ia merasa hebat dan berjasa bagi orang banyak. Karena
hanya orang berjiwa kerdillah yang selalu merasa besar. Sehingga satu-satunya
harapan yang ia inginkan hanya dari Zat yang tak pernah habis kedermawanannya
serta kepemilikannya tiada batas.
Kelima,
وَلِرَبِّكَ
فَٱصۡبِرۡ ٧
“Dan untuk (memenuhi) perintah
Tuhanmu, bersabarlah”.(QS.74: 7)
Pesan terakhir ini mengindikasikan
dan memberi isyarat bahwa dakwah Rasulullah saw tidaklah berjalan mulus dan
otomatis mendapat penerimaan yang baik. Kesabaran dan persiapan mental yang
telah disinggung dalam surat al-Muzammil setidaknya diharapkan membuat Rasul
makin siap menerima reaksi apapun terhadap dakwah yang diserunya. Dan benar,
Rasul pun mendapat reaksi yang sangat berat. Teror fisik dan psikis
dihadapinya. Juga para pengikutnya tak henti-hentinya menerima acaman dan
teror.
Sekilas tujuh ayat pertama ini
terkesan sederhana. Tapi kandungan pesannya sangat luar biasa. Berangkat dari
pijakan normatif inilah Rasulullah semakin kuat dan gigih dalam berdakwah. Tak
takut lagi atas ancaman apapun yang akan menimpa atau diarahkan pada beliau,
karena beliau memiliki Sang Penolong yang sangat hebat dan tak terkalahkan.
semoga kita tetap istiqamah
Billahie Fie Sabilil Haq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar